Sabtu, 09 April 2011

wanita dan segala tanya

mulia itu kata pertama yang seorang sahabat katakan kepada saya ketika saya meminta ia mendefinisikan kata wanita dalam satu kata. katanya, wanita menjadi mulia ketika ia bisa menjaga izzahnya.
jangan tanya saya apa arti kata izzah, nanti ada perang pemikiran apabila saya berpendapat sesuka hati tanpa pemahaman yang pasti. namun, yang saya pahami selama ini, izzah adalah kehormatan. itu artinya, wanita dianggap mulia ketika ia bisa menjaga kehormatannya.
hal ini menggelitik rasa ingin tahu saya. menjaga kehormatan seperti apa yang bisa dikatakan bahwa wanita tersebut dianggap mulia?
apakah ketika ia terbalut kain rapi nan menutupi semua auratnya? atau ketika ia mampu menjaga pandangannya? atau ketika ia mampu memerdekakan pikiran dan pendapatnya? atau ketika ia mampu menjaga perilakunya sehingga orang segan padanya?
kehormatan apa yang harus ia jaga?
kata ustad-ustad yang sering ceramah, wanita itu adalah sumber fitnah. ketika wanita dianggap sebagai sumber fitnah, apa yang harus ia lakukan?
mengisolasi dirinya dalam keterpurukan agar fitnah itu tidak dapat memajan orang lain?
atau ia harus keluar dari tempat berlindungnya, meratap pada dunia bahwa dirinya hanyalah seorang korban dan memohon dunia mengampuninya.
atau ia harus berontak dan bertanya garang pada semua yang memandangnya, sebuah pertanyaan mendasar yang tak pernah ada jawabannya sampai saat ini, "apa salah saya sehingga saya harus menanggung predikat sehina itu?"

wanita. kehormatan. presepsi. dan tradisi.
semua hal yang bergumul, saling merajut, hingga jadi benang kusut tanpa tahu mana pangkal mana ujung dan dimana mereka bertaut,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar